Selasa, 01 April 2008

Kitab Sarinah

Perempuan Soal-Perempuan

Didalam kitab Sarinah pada Bab pertama membicarakan tentang keadaan perempuan pada masa itu yang belum mengalami emansipasi. Perempuan dijadikan seperti sebutir mutiara. Mereka boleh terlihat tampak anggun dengan permata yang menghiasi tubuhnya tetapi jiwanya seperti terkurung, belum ada kemerdekaan bagi kaum mereka.Teringat akan perkataan Professor Havellock Ellis yang berkata bahwa kebanyakan orang laki-laki memandang perempuan sebagai “suatu blasteran antara seorang dewi dan seorang tolol’ Dipundi-pundikan sebagai seorang dewi, dianggap tidak penuh sebagai seorang tolol!Kita, bangsa Indonesia, kita terbelakang dalam banyak urusan kemajuan kita(terutama sekali dilluar tanah Jawa) didalam posisi perempuanpun terbelakang tetapi keterbelakangan ini bermanfaat pula: kita dapat melihat dari keadaan perempuan di negeri-negeri yang lain, bagaimana soal-perempuan harus kita pecahkan, kita dapat melihat mana yang baik untuk kita dan mana yang buruk untuk kita. Yang baik kita ambil dan yang buruk kita buang. Adakah misalnya hasil-hasil pergerakan feminisme di Eropa sudah memuaskan, memusakan bagi orang Eropa itu sendiri? Adakah pergerakan neo- feminisme memuaskan pula pada kaum Eropa itu? Di Indonesia juga ada wanita feminis dan neo-feminis. Tetapi ada sesuatu hal bahwa tahukah anda bahwa kaum perempuan Eropa sendiri tidak puas lagi dengan hasil feminisme atau neo-feminisme itu?Henriette Roland Holst , itu pemimpin yang berkaliber besar pernah mengatakan bahwa feminisme atau neo-feminisme tak mampu menutupi “Scheur” (retak) yang meretakkan pri-kehidupan dan jiwa kaum perempuan sejak kaum perempuan itu terpaksa mencari nafkah didalam didalam perusahaan-perusahaan sebagai buruh: “Scheur” antara perempuan sebagai ibu dan istri dan perempuan sebagai pekerja masyarakat, jiwa perempuan dahaga akan kebahagiaan sebagai ibu dan istri tetapi pri-kehidupan sebagai buruh tidak memberi waktu cukup kepadanya, untuk bertindak sempurna sebagai ibu dan istri. Pergerakan feminisme dan neo-feminisme ternyata tidak mampu menyembuhkan retak ini.Kembali lagi kepada nasib perempuan yang terlihat perpaduan antara dewi dan si tolol. Bagaimanakah pendirian Islam tentang perempuan ini? Apakah Islam tidak mempunyai hokum-hukum tertentu tentang perempuan, sehingga didalam Islam tidak ada lagi soal perempuan?Dalam masyarakat Islam dulu dan sekarang ada beberapa aliran tentang posisi perempuan. Ada yang “kolot” ada yang “modern” ada yang “sedang” semua membawa dalil-dalilnya sendiri, mana yang benar? Mana yang salah?Didalam masyarakat Islampun masih ada soal permepuan. Kesan Soekarno tentang hal ini sama dengan kesan yang didapat oleh Miss Frances Woodsmall sesudah beliau mempelajari posisi perempuan didalam masyarakat Islam itu. Yakni, kesan bahwa soal perempuan adalah bagian yang paling “most debated”- bagian yang paling menimbulkan pertikaian –didalam masyrakat IslamJadi: baik buat pihak yang meneropong soal-perempuan dengan teropong fiqih Islam maupun buat yang meneropong soal ini dengan teropong Rasionalisme belaka, soal ini haruslah masih dipandang sebagai satu soal yang masih perlu kita pecahkan. Dipecahkan, dipikirkan,dibolak-balikkan, bukan saja oleh kaum perempuan kita, tetapi juga olah kaum laki-laki kita, oleh karena soal perempuan adalah memang satu soal masyarakat yang teramat penting, dan tidaklah Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, Bahwa:“Perempuan itu tiang negeri. Manakala baik perempuan itu, baiklah negeri. Manakala rusak perempuan, rusaklah negeri”Dan oleh karena soal perempuan adalah soal masyarakat, maka soal perempuan adalah sama tuanya dengan masyarakat. Atau lebih tegas: soal laki-laki perempuan adalah sama tuanya dengan kemanusiaan . sejak manusia hidup dalam gua-gua dan rimba-rimba dan belum mengenal rumah , sejak “jaman Adam dan Hawa” kemanusiaan itu pincang, terganggu oleh soal ini. Manusia jaman sekarang mengenal “soal-perempuan” manusia jaman purbakala mengenal “soal-laki-laki”. Sekarang kaum perempuan duduk ditingkatan bawah, di jaman purbakala kaum laki-laki ditingkatkan bawah. Sekarang laki-laki yang berkuasa. Dijaman purbakala kaum perempuan yang berkuasa. Kemanusiaan, diatas lapangan soal laki-laki-perempuan, selalu pincang. Dan kemanusiaan akan terus pincang selama barisan yang satu menindas barisan yang lain. Harmoni hanyalah dapat tercapai, kalau tidak ada barisan satu diatas barisan yang lain. Tetapi dua “barisan” itu sama derajat-berjajar.Tetapi masing-masing menurut kodratnya sendiri. Sebab siapa melanggar kodratnya sendiri. Sebab siapa melanggar kodrat ala mini, ia akhirnya niscaya digilas remuk redam oleh Alam itu sendiri.Alam benar adalah”sabar” alam tampaknya diam- tetapi ia tidak dapat diperkosa, ia tak mau diperkosa, ia tak mau ditundukkan.Alam menurut perkataan Vivekananda “Berkepala Batu”

Laki-laki dan Perempuan

Segala sesuatu didunia sudah di tuliskan bahwa setiap sesuatu pasti berpasangan, perhatikan: segala barang, segala hal! Jadi bukan manusia saja berpasang-psangan, bukan saja kita ada lelakinya dan ada wanitanya. Binatang ada jantannya juga, bunga-bungapun juga ada ada lelakinya dan perempuannya, alam ada malamnya ada siangnya, barang-barang ada kohesinya dan adhesinya, tenaga-tenaga ada aksinya dan reaksinya, electron-elektron ada positifnya dan negatifnya, segala kedudukan ada tese dan antitesenya.Ilmu yang maha hebat yang maha menganggungkan ini telah keluar dari ucapan Muhammad S.a.w. ditengah-tengah padang pasir, beratus-ratus tahun sebelum Eropa ada maha-guru-maha-maha-guru sebagai Maxwell, Pharaday, Nicola Tesla, Descartes, Hegel, Spencer, atau William Thompson.Maha bijaksanalah mulut yang mengikrarkan perkataan-perkataan itu, maha hikmatlah isi yang tercantum didalam perkataan-perkataan itu! Sebab didalam beberapa perkataan itu saja termaktublah segala sifat dan hakekat alam!Janganlah laki-laki mengira, bahwa bisa ditanam suatu kultur yang sewajar-wajarnya kultur, kalau perempuan dihinakan didalam kultur itu. Setengah ahli tarich menetapkan bahwa kultur Yunani jatuh karena perempuan dihinakan didalam kultur Yunani itu. Nazi-Jerman jatuh, oleh karena di Nazi-Jerman perempuan dianggap hanya baik buat Kirche-Kueche-Kleider-Kinder. Dan semenjak kultur masyarakat Islam(bukan agama Islam) kurang menempatkan kaum perempuan pula ditempat yang seharusnya, maka matahari kultur Islam terbenam, sedikit-sedikitnya suram!Sesungguhnyaa benarlah perkataan Charles Fourruer kalau ia mengatakan bahwa tinggi-rendahnya tingkat-kemajuan sesuatu masyarakat, adalah ditetapkan oleh tinggi-rendahnya tingkat kedudukan perempuan didalam masayarakat itu.Laki-laki dan perempuan menetapkan sifat hakekat masing-masing. Tali hidup yang ditamsilkan oleh Olive Schreiner itu, bukan tali hidup sosial saja, bukan tali hidup yang karena bersatu rumah atau bersatu piring nasi saja. Lebih asli daripada pertalian tersebut.Tali hidup “Sekse” laki-laki tak dapat subur kalau tak ada tali-sekse ini, begitupun juga perempuan tak dapat subur kalau tak ada tali-sekse ini. Tali-sekse tersebut bukan hanya dilandasi oleh fungsi biologis saja tetapi juga tali-sekse jiwa.Tiap sundal yang setiap hari barangkali menjual tubuhnya lima atau sepuluh kali, mengetahui bahwa “tubuh” masih lain daripada jiwa. Dengan menjual tubuh yang sampai sekian kali setiap hari itu, masih banyak sekali sundal yang dahaga kepada cinta. Tali-sekse jasmani dan rohani, itulah satu bagian “tali-hidup” yang dimaksudkan oleh Olive Schreiner yang mempertalikan laki-laki dan perempuan itu.Kalau tali Sekse diputuskan buat berapa tahun saja, maka manusia pada umumnya akan menjadi abnormal. Nyatalah bahwa baik laki-laki maupun perempuan tak dapat normal, tak dapat hidup sebagai manusia normal, kalau tidak ada tali-sekse ini.Statistik Eropa menunjukan bahwa dikalangan kaum pemuda, antara umur 15 tahun dan 30 tahun, yakni waktu keseksean sedang hebat-hebatnya mengamuk didalam kalbu manusia, lebih banyak perempuan yang bunuh diri daripada kaum laki-laki. Jikalau diambil prosen dari semua pembunuhan diri, maka buat empat Negara Eropa pada permulaan abad 20, statistic itu adalah begini:
Usia 15-20 tahun Usia 21-30 tahun
Jerman JermanLaki-laki : 5,3% Laki-laki: 16%Perempuan : 10,7% Perempuan: 20,2%
Denmark Denmark:Laki-laki: 4,6% Laki-laki: 12,4%Perempuan: 8,3% Perempuan: 14,8%
Swiss SwissLaki-laki: 3,3% Laki-laki:16,1%Perempuan: 6,7% Perempuan:21%
Perancis: PerancisLaki-laki: 3,5% Laki-laki: 10,9%Perempuan: 8,2% Perempuan: 14%
Ternyatalah, bahwa disemua negeri ini lebih banyak perempuan muda bunuh-diri daripada laki-laki muda. Sebabnya? Sebabnya tak sukar kita dapatkan. Keseksean yang terhalang, cinta yang tak sampai, kehamilan rahasia, itulah biasanya yang menjadi sebab.Lalu di Bab II ini menjelaskan tentang perdebatan antara laki-laki dan perempuan lewat beratnya otak. Ada-ada saja alasan yang orang cari buat “membuktikan” bahwa kaum perempuan tak mungkin menyamai (jangan lagi melebihi) kaum laki-laki ditentang ketajaman otak. Orang katakan, bahwa otak perempuan kalah banyaknya dengan otak laki-laki! Orang lalu mengeluarkan angka-angka hasil penyelidikan ahli-ahli, seperti Bischoff, seperti Boyd, seperti Marchand, seperti Retzius, seperti Grosser, orang lantas membuat daftar sebagai dibawah ini:
Menurut Penyelidikannya Laki-laki PerempuanBischoff 1362 gr 1219 grBoyd 1352 gr 1183 grMarchand 1399 gr 1248 grRetzius 1388 gr 1252 grGrosser 1388 gr 1252 gr
Kalau ambil angka-angka Retzius dan Grosser maka otak laki-laki rata-rata 1388 gram, dan otak perempuan rata-rata 1252 gram. Mau apa lagi tidakkah ternyata laki-laki lebih banyak otaknya daripada perempuan?Ini jago-jago kaum laki-laki lupa, bahwa tubuh laki-laki juga lebih berat dan lebih besar daripada tubuh perempuan1 berhubungan dengan lebih besarnya tubuh laki-laki itu, maka Charles Darwin yang termasyur itu berkata: “otak laki-laki memang lebih banyak dari otak perempuan. Tetapi, jika dihitung dalam bandingan dengan lebih besarnya badan laki-laki, apakah otak laki-laki itu benar lebih besar?” kalau dihitung didalam perbandingan dengan beratnya tubuh, maka ternyatalah (demikian hitung) bahwa otak perempuan adalah rata-rata 23,6 gr per kg. tubuh! Jadi kalau betul ketajaman akal itu tergantung dari banyak atau sedikitnya otak menjadi ukuran buat tajam atau tidak tajamnya fikiran , maka perempuan musti selalu lebih pandai daripada kaum laki-laki.Ya, kalau betul ketajaman akal tergantung dari banyak sedikitnya otak! Tetapi bagaimana kenyataannya? Bagaimana hasil penyelidikan otaknya orang-orang yang termasyur sesudah mereka mati? Ada ahli-ahli fikir yang banyak otaknya, tetapi adapula harimau-harimau yang tidak begitu banyak otaknya! Cuvier, itu ahli fikir, otaknya 1830 gr, Byron penyair besar, 1807 gr, Mommsen 1429,4 gr, tetapi gembong ilmu hitung Gauzz hanya 1492 gr, ahli falsafah Hermann hanya 1358 gr (dibawah nomor) Leibniz hanya 1300 gr ( dibawah nomor) ahli fisika Bunsen hanya 1295 gr, kampiun politik Perancis Gambetta hanya 1180 gr. (malahan dibawah “nomor perempuan” sama sekali)Sebaliknya, Broca, ahli fisiologi Paris yang termasyur pernah mengukur isi tengkorak-tengkorak manusia dari jaman batu, dari jaman tatkala manusia masih biadab dan bodoh! Dan ia mendapatkan hasil rata-rata 1606 cm3 satu angka yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka isi tengkorak dari jaman sekarang. Malahan teori “lebih banyak otak lebih pandai” ini ternyata pula menggelikan, sebab Bischoff pernah menimbang otak mayat seorang kuli biasa ( tentu orang yang bodoh) dan ia mendapat record 2222 gr, sedang Kohlbuergge berkata, bahwa “otak orang-orang gila atau idiot sering sekali sangat berat” dari mana orang masih mau tetap menuduh behwa orang perempuan kurang tajam fikiran, karena perempuan kurang banyak otaknya kalau dibandingkan dengan orang laki-laki? Tidakkah kita sering mendengar nama perempuan-perempuan yang menjadi bintang ilmu pengetahuan atau politik, seperti Madame Curie, Eva Curie, Clara Zetkin, Henriette Roland Holst, Sarojini Naidu, dll.

Dari Gua Ke Kota

Ilmu pengetahuan (wetenschap) sudah lama membantah pendapat setengah orang, bahwa adanya manusia dimuka bumi barulah 6000 tahun atau kurang-lebih 7600 tahun saja. Ilmu geologi, anthropology, archeology histori dan prehistory menetapkan dengan bukti-bukti yang nyata, yang dapat diraba bahwa manusia itu telah ratusan ribu tahun mendiami muka bumi ini: Sir Arthur Keith misanya menghitung jaman manusia itu pada kurang-lebih 800.000 atau 900.000 tahun. Setidak-tidaknya tak kurang dari 300.000 tahun(I.H Jeans). Hanya saja harus diketahui, bahwa manusia purbakala itu belum begitu sempurna sebagai manusia jaman sekarang.Manusia jaman purbakala yang bernama Pithecanthropus Erectus (+/- 500.000 tahun j.l.), Homo Heildelbergensis (+/- 250.000 tahun j.l.) Eoanthropus (+/- 100.000 j.l.) Neanderthalmensch (+/- 50.000 j.l) manusia-manusia ini semuanya kalah kesempurnaannya dengan manusia jaman sekarang.
Di buku itu menceritakan berawal dari jaman purbakala. Laki-laki dulu tugasnya memburu, mencari ikan, berkelahi dengan binatang-binatang buas atau dengan kelompok-kelompok manusia yang lain. Sedangkan perempuan hanya sedikit saja yang ikut bagian itu. Perempuan yang hamil atau mempunyai anak-anak kecil tak bisa melakukan itu; mereka menunggu didalam gua menunggu laki-laki pulang. Ia bergantung kepada laki-laki, pada umumnya nasib perempuan sangant tersia-sia.Ia diperintahsaja oleh laki-laki, diperkudakan disuruh mencari daun-daunan dan akar-akaran. Disuruh memelihara api siang dan malam dan dibebani oleh semua pekerjaan yang tidak bersangkutan dengan memburu ataau pekerjaa yang laki-laki lakukan.August Bebel pernah mengatakan : Perempuan adalah budak sebelum ada budak”Ia sama seperti anjing betina yang jika si jantan tidak suka terus digigit dan dihantam atau ditinggalkan oleh aning jantan itu.Malahan kadang-kadang ia dibunuh sebagaimana kakek dan nenekpun dibunuh karena terlalu membebani kelompok itu ( belum ada hukum atau mungkin juga perasaan kasih-sayang dan cinta belum benar-benar tertanam, yang mereka pikirkan mungkin bagaimana mereka dapat makan esok hari)Hubungan persuami-isterian belum ada. Menurut Prof. Bachofen adalah “Promiskuitet” yang artinya bahwa didalam kelompok itu hantam-kromo campuran saja laki-laki dan perempuan mencari kepuasan syahwat satu dengan yang lain; tidak ada kata suami atau istri.Tapi menurut Eisler didalam kelompok itu tiak ada anarki seksual yang absolout, laki-laki selalu “berkawin” untuk sementara dengan perempuan yang mereka sukai. Eisler menyebutnya “Tijdelijke Paring” atau bahasa Jermannya “Zeite-Ehe”Didalam “Zeit-Ehe” ini laki-laki tidak menaggung semua yang mereka lakukan, justru perempuanlah yang menanggungnya sendiri. Kehamilan, membesarkan anaknya. Didalam kelompok itulah perempuan yang sengsara (budak pertama) tidak seperti jaman sekarang. Tetapi didalam jaman kelompok itu, sorot mata perempuannya masih sorot mata “merdeka”Lambat laun datanglah perubahan, pencaharian hidup dengan berburu atau mencari ikan berubah menjadi menternakan binatang, periode pengembalaan. Binatang-binatang yang tidak mati sehabis diburu oleh mereka diternakan ini awalnya orang-orang memelihara ternak.Tetapi menurut Dr. Fleure dari University College of Wales, perburuan itu bukan diikuti oleh peternakan, namun periode menanam tumbuh-tumbuhan yakni periode Pertanian.Tetapi bagaimana juga, nyatalah bahwa pertanian satu tingkatan yang lebih tinggi daripada perburuan,dari berbagai macam pendapat akhirnya yang lebih dulu adalah pertanian daripada perburuan, pertanian dengan tak ada peternakan.Kalau laki-laki berburu maka perempuan mencari tumbuh-tumbuhan, maka dia, perempuan sangat berjasa kepada kemanusiaan sebagai mahluk yang pertama-tama mendapatkan ilmu bercocok tanam yang sampai sekarang menjadi tiang penghidupan manusia dimuka bumi. Ia juga adalah petani yang pertama. Dan ketika laki-laki pergi memburu, perempuan menunggui anaknya, mereka membuat gubuk dari ranting-ranting, daun-daunan dan sebagainya.dan dia, perempuan pembangun peradaban manusia yang pertama.Nama perempuan terangkat di jaman itu, karena mereka menjadi produsen yang penting, dibuat juga sedikit aturan didalam kelompok itu, wanitalah yang membuat hukum itu karena mereka yang berkuasa.Ok sekarang kita berpindah.Mrs. Ray Strachey menerangkan bahwa didalam urusan agamalah kaum perempuan dijaman dulu hampir selamanya diutamakan daripada kaum laki-laki. Orang lebih mencintai dewi-dewi daripada dewa-de wa. Agama Sumeria dan agama Shinto, kedua agama yang sudah lama sekali sangat memuliakan perempuan, itu semua mewakilkan Matriarchal.Dimana perempuan karena kemerdekaannya besar-besar, sigap badan, cerdas, tangkas, berani. Didalam Matriarchal itu perempuan bukan kaum lemah, bukan kaum bodoh, bukan kaum sempit pikiran.Namun ketika waktu terus berjalan Matriarchal akhirnya lengser juga. Perempuan seperti halnya benda, perempuan seperti hina. Friederich Engels mengatakan bahwa perpindahan dari hukum Matriarchal ke Patriarchal adalah satu kekalahan perempuan yang paling hebat didalam sejarah kemanusiaan.Sejarah dunia tak sunyi dari cerita-cerita perjuangan antara laki-laki dan perempuan seperti Nusa tembini atau Roro Kidul. Legenda itu adalah impian para perempuan bagaimana perkasanya mereka memimpin.Sesudah kaum laki-laki berkuasa, semuanya berubah. Hukum masyarakat, perkawinan, keturunan, pewarisan dibentuk menurut kemanfaatan hukum patriarchal.Agama-agama penyembahan alam yang dahulu terdesak oleh agama-agama baru semuanya merendahkan derajat perempuan. Contohnya cerita Yahudi-tua, dalam pembuatan Sitti Hawa bukan menurut “gambarnya Tuhan” tetapi dalam tulang rusuk Adam (Quran tidak tidak mengatakan begitu meski setengah kaum mengatakannya) cerita ini menggambarkan bahwa perempuan adalah “kelas 2 “ dari laki-laki, bukankah Hawa adalah perempuan yang menyebabkan terusirnya Adam dari surga? Lalu wanita dikatakan sebagai “makhluk dosa” dan makhluk yang tak suci.Didalam kita Rig Veda dituliskan sabda Manu bahwa “ Perempuan itu selalu memikirkan kesyahwatan, selalu marah, selalu palsu,dan tidak jujur…menurut tabiatnya perempuan itu selalu menggoda laki-laki, oleh karena itu laki-laki mesti selalu hati-hati terhadapnya…perempuan tak pernah dapat berdiri sendiri, orang hilang hormat karena perempuan, asalnya permusuhan adalah perempuan karena itu jauhilah perempuan”Agama Budha yang umumnya begitu adil tiba-tiba menjadi tak adil kalau membicarakan perempuan, “perempuan itu makhluk dosa, roman muka perempuan seperti keramat tetapi hatinya seperti syetan”Patriarchal dengan jalan parit-parit “agama” telah merendahkan kedudukan perempuan antara lain dengan mengatakan bahwa perempuan itu bikinan syetan, mereka berkata: “Jauhilah dan bencilah perempuan itu karena perempuan telah menjauhkanmu dari nikmatnya akhirat”Aneh sekali pertentangan ini, kaum “dunia” mencari kemuliaan dan kenikmatan sebesar-besarnya dengan mengumpulkan sebanyak mungkin perempuan didalam rumah tangganya laksana mengumpulkan sebanyak mungkin ternak didalam kandang, kaum “agama” mencari kenikmatan dan kemuliaan dengan mensyetankan tiap-tiap perhubungan, ya…tiap-tiap angan kepada perempuan.Faham benci dan mensyetankan perempuan dikalangan agama disebut Asketisme dan Selibat (Ascetisme dan Celibaat). Asketisme pada dasarnya memuliakan cara hidup semiskin-miskinnya, memerangi tiap-tiap nafsu kepada kemewahan dan kesenangan baik nafsu kepada harta kekayaan, maupun nafsu kepada kelezatan makanan dan minuman, kerumahtanggaan, kepuasan syahwat. Sedangkan Selibat memuliakan cara hidup tidak dengan kawin, laki-laki dengan perempuan atau sebaliknya. Agama yang mengadopsi ini antara lain Agama Manu, Budha, Nasrani sampai pada berontaknya Marthin Luther di abad 16. Perempuan diangap asal dari segala dosa karena perempuan yang membuat Adam terusir dari surga.Ada satu pihak yang mengatakan bahwa mengebiri kemaluan (laki-laki) adalah tindakan yang dibebarkan Allah untuk mencapai akhirat, suatu tindakan yang mulia.Dikitab Injil Mattheus 19 ayat 11 dan 12 tertulis “ Ada orang yang terpotong yang dilahirkan oleh ibunya dan orang yang terpotong yang dipotong oleh orang lain dan ada orang yang terpotong dirinya sendiri untuk mendapat kerajaan akhirat.Tertullianus mengatakan :“Perempuan engkau akan selalu mengeluh dan berpakaian kojak-kojak , matamu akan selalu penuh dengan airmata kemasygulan buat melupakan bahwa engkau telah menjerumuskan prikemanusiaan, kedalam Lumpur kebinasaan, perempuan engkaulah pintu gerbang neraka jahanam”Kata itu begitu dahsyat sekali bagaimana mereka sepertinya mengutuk benar dan mematikan perempuan.
Dibuku itu juga terulis tentang batapa malangnya nasib perempuan Jepang di jaman dulu.“Dinikah orang atau tidak dinikah orang atau dibeli orang dan dijadikan “bunga”, dinikah orang berarti perhambaan yang berat, tidak dinikahkan orang berarti kehinaan seumur hidup, dibeli orang dan menjadi bunga Joroya atau Geisha berarti kesengsaran puluhan tahun. Perempuan selalu dihadapkan oleh pilihan yang berat.Jika seorang perempuan Jepang memilki suami berarti lepas sudah tali kekeluargaan dari ayah dan ibunya. Seluruh hidupnya mengabdi kepada suami walau suami pulang kerumah membawa pelacur dan tidur dikamarnya, si istri tak mempunyai hak untuk melarangnya ia mesti menunggu diluar, diam dan menurut saja.Peribahasa Jepang berbunyi : Didalam 3 dunia, perempuan tak boleh mengaso; dunia yang silam, dunia sekarang dan dunia yang akan datang. Tiga hukum ketaatan yang harus diindahkan oleh perempuan, waktu kecil ia harus taat kepada orang tuanya, waktu ia dewasa ia harus taat kepada suaminya, waktu tua ia harus taat kepada anaknya.Oh…perempuan…betapa malangnya…
Namun semakin pula bertambahnya waktu, perempuan tidak akan mau di tindas terus- menerus. Mereka berjuang untuk mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Walaupun banyak dari mereka yang harus mati di tiang gantung karena dianggap telah melawan kodratnya sebagai seorang perempuan.Hasilnya memang sangat memuaskan, pada jaman sekarang perempuan memang sudah banyak yang mendapatkan haknya untuk dapat sejajar dengan laki-laki.

1 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Kamu bicara apa ?? Tidak memungkiri selama ini kaum perempuan selalu mencari pasangan yang mapan secara ekonomi, tujuannya apa ? bukankah perempuan juga memperbudak laki2 hanya untuk bertindak sebagai sapi perah ??? Tuhan menciptakan manusia berpasangan laki2 & perempuan dan semua menempati pos nya masing2...so.. berfikir yg realistis aja brur...tanpa laki2 perempuan juga takkan bisa hidup...
Jangan berfikir terlalu mendominasi...kalo mau hidup tanpa laki2 jadi biarawati aja...dan gak usah pikir duniawi kamu ya...

9 Juli 2014 pukul 20.08  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda